Batman Begins - Help Select
All about Anime, Games, and many more

Pages

ChatBox

[Horror] The Closest Enemy

The Closest Enemy


http://bendamustika.com/wp-content/uploads/2012/11/BAYANGAN.jpg


kalian seringkali mengangap bahwa sebuah kegelapan dapat mendatangkan hal hal buruk bukan? Well kali ini, dalam sebuah cerita kita akan melihat bahwa kegelapan tidak selamanya buruk... terkadang kegelapan justru merupakan sesuatu yang bisa menyelamatkan diri kita dari bahaya yang paling menakutkan... Kebanyakan pembunuh menganggap perbuatan mereka adalah sebuah bentuk karya seni. Jika apa yang mereka lakukan berhasil secara sukses, maka mereka akan melanjutkan hidup mereka dengan nyaman, tanpa harus mendekam di penjara. Namun dengan kemampuan dalam pemahaman mengenai manusia secara keseluruhan yang terkadang terbatas, ditambah lagi dengan dangkalnya pikiran tersebut, rahasia sebenarnya dari seorang pembunuh dapat terlewat begitu saja.

Berikut merupakan sebuah penggambaran dari sebuah video yang dibuat oleh seorang pria muda, yang merekam momen momen terakhirnya. Video ini berlatar disebuah ruangan yang sunyi dan gelap, dia meminta bantuan kepada siapa saja yang mungkin dapat mendengar tangisannya. Namun sayang, tidak ada yang mendengar jeritannya.

Video mulai merekam saat seorang pemuda membenarkan posisi camera. Ruangannya begitu gelap, tidak ada cahaya sedikitpun yang masuk. Camera merekam dalam modus malam, dan pemuda tersebut menatap langsung kelensa dan mulai berbicara.

“halo... namaku adalah....” ada jeda sebentar, nampaknya dia menimbang nimbang bagaimana caranya untuk memulai semua itu. “ugh.. tidak.. aku tidak akan memulainya seperti ini. Semua ini malahan akan terkesan bahwa aku sedang merekam kata kata terakhirku, dan aku tidak ingin hal ini nampak seperti itu. Aku akan langsung kepada pokoknya, aku akan menjelaskan sesuatu. Aku akan menggambarkan padamu sebuah neraka yang telah menghimpitku, dan hanya tuhan yang tahu berapa lama hal ini telah berlangsung padaku. Semua ini berawal pada malam ulang tahunku yang ke-18 dibulan januari yang dingin. Saat itu aku mengadakan sebuah pesta kecil saja, mungkin malah tidak layak untuk disebut sebagai pesta. Beberapa hadiah dari keluargaku, kue ultah, seperti normalnya hal hal yang ada disebuah perayaan ulang tahun. Semuanya kupikir tidak relevan. Saat itu malam telah datang, aku sedang berbaring diranjangku, dan seperti biasanya lampu kamar kupadamkan dan sumber cahaya yang ada berasal dari TV yang menyala. Saat inilah ceritaku ini bermula. Tirai dan korden keduanya tertutup, membuat suasana saat itu sungguh terasa sangat tidak menyenangkan. Namun aku cukup menyukai beberapa hal yang ada saat itu”

Pria ini menghela nafas perlahan, dan kemudian mengalihkan pandangannya dari kamera untuk yang pertama kali. Setelah beberapa saat kemudian, dia kembali menatap lensa dan mulai memaparkan kisahnya.

“baiklah... kembali pada apa yang sedang kubicarakan sebelumnya. TV berada didepanku, dan cahaya yang berasa darinya menghasilkan bayangan di dinding disebelahku. Saat itu aku sedang merasa cukup bosan, maka aku berusaha untuk menghibur diriku dengan berinteraksi dengan bayangan dua dimensi dari diriku didinding itu. Tanganku meraba dinding seperti sedang memainkan sesuatu dengan tangan dari bayanganku yang saat itu nampaknya berusaha untuk menjauh dari diriku, dan semua ini terjadi didepan mataku. Itu merupakan pertanda awal, namun aku tidak menyadarinya. Seharusnya aku lebih waspada saat itu.”

Sebuah jeda kembali terjadi, disertai dengan dengusan nafas orang yang mengalami stress dan tarikan nafas cepat. Expresi pria ini menunjukan bahwa dia sedang berusaha untuk berpikir.

“setelah itu, aku yakin bahwa hal hal lainnya, pertanda lainnya, kembali muncul, aku sangat yakin mengenai hal ini. Memang semua itu terlalu halus untuk dapat diamati secara sekilas, namun saat itu aku menyadari ada sesuatu yang salah dan aku malah mengira bahwa apa yang aku lihat saat itu sungguh sungguh amat terlihat jelas. Beberapa sat dihari yang sama, aku sedang berada di dapur, aku berada dirumah sendirian. Saat itu penerangan sangat redup, hanya cukup untuk tahu arah kemana kalian akan pergi tanpa bantuan dari cahaya, seperti itulah keadaan saat itu. Aku mengambil beberapa snack dari kabinet, namu kemudian aku tersandung sebuah kotak sehingga terjatuh. Bukan masalah besar memang. Aku kemudian bangun dan membungkuk untuk mengambil kotak itu, dan menyadari kehadiran dari bayanganku sendiri. Hal ini segera membuatku merasa canggung bercampur perasaan aneh yang mulai merayap. Saat itu tidak ada cukup cahaya yang dapat menghasilkan sebuah bayangan dari diriku. Aku meraih kotak dan snack yang aku ambil yang terletak dipojokan terdekat, dan mataku tidak pernah lepas dari bayanganku tersebut. Aku ingin cepat cepat tahu jika mataku menipuku atau ternyata kemudian ada sesuatu yang ganjil dari bayanganku tersebut. Ketertarikanku akan hal hal yang berbau paranormal mungkin telah membuatku sedikit paranoid, namun aku tahu apa yang aku rasakan saat itu bukanlah sebuah hal yang tidak beralasan. Aku melangkah menuju pintu keluar dari ruangan itu, dan tentu saja bayanganku melakukan apa yang aku lakukan. Aku mengangkat tangan kiriku, seperti sedang menggoda bayanganku itu untuk selalu meniru apa yang aku lakukan. Dan bayanganaku itu mengangkat pula tangan kirinya.dan kemudian dia mengangkat tangan kanannya. Sedangkan saat itu, tangan kananku masih ada disisiku. Seketika pula disekujur kulit ditubuhku merinding, terasa seperti berjuta juta serangga bergera hendak keluar dari dalamnya. Dan kemudian dalam sebuah gerakan tiba tiba yang cepat tangan dari bayanganku ini mencekik lehernya sendiri, dan akulah yang merasakan efek dari ini semua. Tenggorokanku terasa amat sakit dan nafasku terhenti. Seketika juga dengan reflek, aku berusaha untuk lepas dari keadaan ini, namun berjuang dari apa?? yang menyerangku adalah bayanganku sendiri!. Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu, aku hanya mengetahui apa yang terjadi denganku berdasarkan dari penuturan orang tuaku, dan tentu saja dari sudut pandang mereka sendiri. Darahku tercecer disalah satu sudut dari pintu kabinet yang kubiarkan terbuka sebelumnya. Nampaknya, atau begitu yang orangtuaku katakan adalah aku tersandung dan terbentur sehingga aku jatuh pingsan diatas lantai. Saat itu aku lebih suka memilih hal ini sebagai penjelasan atas apa yang telah terjadi padaku. Lagipula apa yang terjadi denganku sebenarnya,... hanya terjadi dikisah kisah horor belaka”

Sekali lagi pria ini berusaha untuk menenangan dirinya dari kenangan buruk yang menimpa dirinya dengan menghela nafas panjang.

“setelah itu, aku selalu merasa curiga kepada sosok aku yang tidakpernah bicara, yang tidak memiliki ekspresi wajah, yang tidak akan pernah mengakui apa yang telah dia lakukan kepadaku. Namun kupikir apa yang terjadi denganku sebelumnya, nampaknya memiliki sebuah penjelasan tersendiri. Aku tidak meragukannya lagi! Bahkan hal ini selalu melekat dalam pikiranku yang terdalam. Namun dia tidak menyerangku lagi. Namun seringkali aku mendapati beberapa hal yang benar benar tidak masuk akal, hal yang seharusnya tidak terjadi. Aku menyikat gigiku dengan tangan kananku, dan dia menggunakan tangan kirinya. Aku menggaruk punggungku, dia menggaruk kepalanya. Aku yakin bahwa dia sedang mempermainkanku, menerorku! Mungkin alasan yang sama saat dia membiarkanku tetap hidup pada saat dia menyerangku untuk pertama kalinya di dapur. Semua hal ini pastilah untuk sebuah kesenangan! Aku tidak meragukannya sama sekali!”

Terdapat sebuah deritan dari sisi kiri pria ini yang nampaknya mengundang perhatiannya. Pria ini menatap asal suara tersebut dengan penuh was was beberapa waktu lamannya sebelum kemudian melanjutkan monolognya.

“serangan selanjutnya... aku berani bertaruh bahwa kali ini dimaksudkan untuk menghabisiku. Sekali lagi, aku sedang ada didapur, dan saat itu aku dirumah sendirian. Aku mengambil sebuah apel diatas piring, dan akumengambil pisau steak dari tempatnya. Memang tidak terlalu dibutuhkan untuk mengupas apel, tapi saat itu memang cukup dekat untuk kuraih, jadi kenapa tidak? Belum selesai aku menarik pisau itu aku kemudian tersadar bahwa jika aku melakukan hal ini, maka begitu juga dengan bayanganku, musuhku. Aku tertegun menyadari hal ini, pikiranku sangat pendek saat itu, aku tidak mampu berpikir lebih panjang lagi, kujatuhkan pisau itu. Dan seperti yang aku takutkan, bayanganku tidak melakukan apa yang aku lakukan. Jika saja dia mempunyai wajah, aku yakin bahwa saat itu, dia pasti menyeringai kepadaku, dan memasang senyum jahat diwajahnya. Aku kemudian berbisik lirih 'jangan..' semampu yang aku bisa. Suaraku mungkin saat itu lebih dari sekedar bisikan lirih saja, namun hal itu tidak memberikan perbedaan sama sekali atas apa yang terjadi selanjutnya. Siluetku menaikan pisau dan kemudian menghujamkan dengan sebuah gerakan cepat. Hasilnya adalah darah yang muncrat dengan derasnya dari pergelangan tanganku dan sebuah rasa sakit dan perih yang menjalar sampai keseluruh tubuhku. Tapi secara reflek aku segera berbalik dan berlari. Aku tidak tahu kemana dan mengapa. Aku tidak bisa kabur darinya. Dan tusukan lain terjadi. Kali ini dilututku. Ruangan terdekat adalah kamar mandi. Aku menyeret tubuhku disepanjang karpet, dan perlahan aku menuju ruangan itu kemudian menutup pintunya. Tidak ada jendela dalam ruangan ini, yang menyebabkan ruangan menjadi benar benar gelap. Aku menunggu dia kembali. Beberapa jam telah berlalu namun tidak ada hal lain yang terjadi. Saat itulah aku mengetahui cara untuk mengalahkannya. Dia tidak bisa muncul dalam keadaan yang benar benar gelap. Kegelapan total.”

Pria muda ini kemudian memeriksa sekelilingnya, mencoba mewaspadai apakah ada cahaya yang masuk, dan kemudian kembali ke kamera.

“dan oleh karena itulah aku berada disini sekarang. Aku tidak bisa melakukan hal ini dirumah. Jika aku mencoba untuk menjelaskanhal ini, aku pasti akan dikirim ke rumah sakit jiwa. Aku harus segera kabur. Aku pikir dia membiarkanku sampai pada saat ini sebagai sikap sportif. Dasar sinting!. Namun tidak masalah sebenarnya. Selama aku berada disebuah kamar yang gelap, maka aku akan aman. Itulah yang terpenting saat ini. Walaupun aku tidak bisa merasa cemas, hingga sampai kapankah aku akan terjebak disini. Apa yang akan aku lakukan jika suatu saat aku kehabisan makanan? Apa yang harus aku lakukan...”
Suara mobil berhenti dan terparkir diluar menghentikan perkataan pria ini.
“taylor? Taylor apakah kau ada didalam? Tolong taylor, katakan sesuatu!” sebuah suara teriakan terdengar dari luar pintu, dan sikap tenang dari pria muda ini yang ia tunjukan sebelumnya, seketika juga berubah menjadi sebuah kepanikan.

“pergi! Cepat pergi! Aku tidak ingin kalian ada disini, demi tuhan pergilah!!” dia berteriak balik. Suaranya terdengar sangat marah kali ini sehingga mengakibatkan wanita dibalik pintu terdiam beberapa menit.

“taylor, kami akan masuk sayang. Semua ini demi kebaikanmu!”

Dan kemudian tampak dobrakan dipintu. Dan lagi, diikuti dengan suara lirih “jangan....” dari pria muda ini. Dobrakan ketiga mengakibatkan pintu jebol, diikuti suara gedebuk keras. Cahaya dari arah luar memenuhi ruangan kini, dan hampir bersamaan dan tiba tiba dengan hal itu, pria ini terjatuh kelantai oleh sebuah kekuatan yang tidak tampak. Dalam perjuangan pria ini, kamera terjatuh dan terbalik kebelakang dan hanya merekam suara saja. Suara rekaman taylor yang berjuang untuk mendapatkan nafas, dan terdengar pula suara ibunya dan petugas yang berusaha untuk menolongnya... namun sia sia.









 

THE END


Source : creepypasta

Penulis: Unknown

Artikel [Horror] The Closest Enemy, diterbitkan oleh Unknown pada hari Monday, August 5, 2013. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda. Unknown adalah Seorang Manusia yang selalu ingin menjadi lebih baik ,Karena Bila Anda berpikir Anda bisa,maka Anda benar. Bila Anda berpikir Anda tidak bisa, Anda pun benar… karena itu ketika seseorang berpikir tidak bisa, maka sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa

Post a Comment - Back to Content

Popular Posts

 
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda. Gunakan Google Chrome Atau Mozila Fire Fox Terbaru Untuk Melihat Tampilan Sempurna Blog Ini